Minggu, 18 Mei 2008

Munculnya Aliran-aliran Sesat di Indonesia

Bermunculan sekaligus berkembangnya aliran sesat merupakan hal yang dapat meresahkan warga dan menodai agama Islam. Berkenaan dengan bermunculannya aliran-aliran sesat tersebut, diperlukan tindakan keras dari semua pihak untuk memberantas penyebarannya. Hal ini karena bertentangan dengan hukum Islam sebagaimana tercantum dalam Q. S. Al-Ahzaab,33:40 dan Q. S. Al-Maidah,5:3.
Sebagai salah satu contoh aliran sesat yang muncul adalah Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah nabi terakhir tetapi masih ada nabi selanjutnya yang dikenal orang bernama Ahmad Mussaddek. Begitu juga dengan aliran sesat lainnya yang bernama Aliran Al-Quran Suci, Wahidinyah, Qudrat Suci, dan lain-lain.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata kehadiran Nabi Palsu tersebut sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Adapun persamaannya adalah semua Nabi Palsu tersebut adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup luas. Mereka juga sama-sama memiliki kepentingan duniawi, yakni haus kekuasaan. Perbedaannya, keduanya lahir dari latar belakang sosial yang berbeda. Nabi Palsu generasi awal berasal dari strata sosial yang cukup tinggi, yakni pemimpin kabilah yang enggan kehilangan kekuasaannya. Sedangkan Nabi Palsu modern berasal dari orang yang lari dari realitas.
Seperti yang dikatakan MUI, suatu paham dikatakan sesat apabila memenuhi salah satu kriteria dari uaraian di bawah ini.
1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam.
2. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i.
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Quran.
4. Mengingkari otentitas dan atau kebenaran Al-Quran.
5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir yang benar.
6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina serta melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul.
8. Mengingkari Nabi Mhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
9. Mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetepkan syariat.
Menanggapi bermunculannya aliran-aliran sesat tersebut, diperlukan tindakan hukum yang tegas terhadap pengikut, pemimpin, dan anggotanya. Karena semua aliran sesat yang muncul benar-benar merusak citra Islam dan meresahkan warga.

Sabtu, 16 Februari 2008

Pembelajaran Kalimat Bahasa Indonesia Dengan Pola Spiral Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Pembelajaran dengan pola spiral diuji pada setiap materinya. Karena itu, sangat baik untuk diterapkan pada siswa SD. Selain dapat dengan mudah memahami materi pelajaran, juga dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dalam proses belajarnya.
Pembelajaran pola spiral dimulai dari hal-hal yang dianggap anak mudah ke hal-hal yang dianggap sukar. Berikut hasil pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia di Kelas Rendah pada pertemuan kedua :
1. Kalimat aktif-pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan. Contohnya : Adik membaca buku. Sedangkan kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Contohnya : Buku dibaca (oleh) adik.
2. Kalimat berdasarkan kategori predikat
a. Verba, yakni kalimat yang predikatnya kata kerja. Contoh : Badu tercebur.
b. Nomina, yakni kalimat yang predikatnya kata benda. Contoh : Monyet binatang.
c. Ajektiva, yakni kalimat yang predikatnya kata sifat. Contoh : Bunda cantik.
d. Numeralia, yakni kalimat yang predikatnya kata bilangan. Contoh : Istriku satu.
e. Frase Preposisional, yakni kalimat yang predikatnya preposisi. Contoh : Aku ke Medan.
3. Pola kalimat
a. S-P : Aku makan.
b. S-P-O : Aku makan rujak.
c. S-P-Pel : Aku berjualan obat.
d. S-P-K : Aku pergi ke apotek.
e. S-P-O-Pel : Aku menemani istriku belanja.
f. S-P-O-Pel-K : Aku menemani istriku belanja ke pasar.
g. S-P-O-K : Aku pergi berlibur ke Bali.
h. S-P-Pel-K : Ayu tertabrak mobil di jalan.
4. Kalimat majemuk
Pembelajaran kalimat majemuk di SD alangkah baiknya bila disampaikan melalui pengajaran konjungsi, seperti uraian di bawah ini :
a. Penjumlahan (dan), contoh : Aku mencintai dan menyayanginya.
b. Pemilihan (atau), contoh : Sepatu atau sandal yang akan kaubeli?
c. Pertentangan (walau, meski, tetapi, sekalipun), contoh : Meski hujan, aku tetap pergi.
d. Penjelasan (bahwa), contoh : Sudah dua kali kuucap bahwa aku mencintaimu.
e. Penguatan (bahkan, malah), contoh : Ia tidak hanya memelukku bahkan juga menciumku.
f. Penyebab ( karena, sebab), contoh : Ia mencintaiku karena terpaksa.
g. Akibat (maka), contoh : Dia cantik maka aku langsung menyukainya.
h. Syarat (jika), contoh : Jika kau menciumku, aku tak jadi bunuh diri.
i. Waktu (saat, sebelum, sesudah), contoh : Saat dia pergi, kakak kembali.
Pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia di Kelas Rendah cukup memberikan arti penting pada saya selaku calon guru SD. Mudah-mudahan bisa dimanfaatkan di kemudian hari. Amien!